Thursday, February 03, 2011

Mubarok, CUKUP!

Sudah hampir 8 hari Mesir tidak pernah beristirahat untuk berteriak. Ratusan ribu rakyat Mesir tumpah ruah ke jalan meneriakan Luapan keinginan untuk menurunkan rezim Mubarok yang telah berkuasa selama 30 tahun. Mayoritas rakyat Mesir menuntut untuk menurunkan Mubarak dari kursi presiden dimana bagi rakyat Mesir, kekuasan itu sudah sangat cukup.Kefayah !

Demonstrasi ini bukan untuk pertama kalinya di Mesir. Sejak tahun-tahun sebelumnya rakyat terus berusaha menekan pemerintah agar menyudahi rezimnya. Tahun 2004 muncul gerakan "Kefayah" yang diantaranya diprakarsai oleh tokoh ahli Yahudi, Abdul Wahab al-Masiry. Tahun 2007 muncul gerakan 6 April. Namun, usaha mereka terus gagal karena kurang dukungan penuh dari rakyat Mesir. Perlu diingat bahwa dulu rakyat Mesir mempunyai prinsip yang sangat simpel, "selama Iesh(roti) tetep murah, siapapun presidennya, silahkan!" oleh karenanya, rakyat tidak ambil pusing terhadap usaha-usaha reformasi yang dilakukan politisi oposisi terhadap pemerintah. Dan tak aneh kalau perebutan kursi presiden sejak abad 19 tidak pernah bersih dari darah. 
 
Tidak bisa dipungkiri bahwa gerakan masif anti Mubarok saat ini ditenggarai oleh insiden berdarah di Tunis yang berakhir menjadi sebuah kudeta. Banyak slogan-slogan para demonstran yang berterima kasih kepada rakyat Tunis karena mampu menyuntik adrenalin rakyat Mesir untuk turun ke jalan setelah sekian lama terpenjara.Long March pertama pada tangal 25 Januari kemaren merupakan bentuk demo "coba-coba" yang digelar di tiga titik wilayah, Suez, Alexandria, Cairo. Reaksinya cukup mengagetkan, ribuan orang di masing-masing kota turun ke jalan menuntut Mubarok turun. di Suez, terjadi bentrokan fisik antara massa dan polisi dan menjadi kota pertama yang muncul korban jiwa. Situasi anarkis yang terjadi di Suez memang dipicu oleh dendam lama antara suku Badui dengan polisi setempat yang sewenang-wenang.
 
Hari pertama demonstrasi, 3 orang tewas. Berita yang fantastis dan cukup untuk menyedot perhatian seluruh rakyat Mesir. Di cafe-cafe, rumah makan, jalanan, orang sibuk ngobrol dengan situasi yang telah terjadi. Untuk orang Mesir, berita seperti itu merupakan berita yang tidak lazim dan tabu, karena jarang terjadi dan jarang pemberitaan tentang kriminalitas di Mesir.

Gom'a Ghadab
 
Jumat, 28 Januari 2010 menjadi hari kemarahan rakyat Mesir. Puluhan ribu orang di masing-masing kota berkumpul untuk mengutuk insiden berdarah yang terjadi di Suez. Di Cairo orang-orang berkumpul setelah shalat Jum'at untuk demonstrasi dan menguasai Tahrir square di pusat kota. Pada saat itu juga komunikasi diputus. Pemerintah memberikan intruksi untuk menutup semua jaringan komunikasi yang ada di Mesir.Walhasil, situasi sudah mulai kurang kondusif. Satu-satunya alat komunikasi dan informasi saat itu adalah tv Al-Jazeera -bagi kami itu satu-satunya sumber berita terpercaya-. Kita bisa melihat perkembangan aktual situasi yang terjadi di luar sana.

Melalui tv Al-Jazeera, terlihat jelas akan masa depan Mesir yang semakin tidak jelas. Bentrokan hebat antara massa demonstran dan polisi merupakan tayangan langsung yang memilukan hati. Manusia tidak dihargai, tembakan gas air mata dan water cannon ditembakan secara sembarang ke hadapan para demonstran. Otomatis hal tersebut menimbulkan kemarahan massal rakyat Mesir. Dengan modal batu dan pentungan, para
demonstran terus melawan polisi yang berjaga di Tahrir Square. Polisi smakin terdesak, beberapa penjagaan sudah mulai goyah dan akhirnya properti milik polisi berhasil dihancurkan. Mobil anti huru-hara digoyang-goyang dan dibakar. Dan hari itu, POLISI KALAH TOTAL. 

Cairo Unrest
 
Sejak dimulai demo massif yang digelar di Cairo dan Alexandria dari hari Jumat kemarin, di beberapa provinsi dilakukan hal serupa dengan jumlah yang lebih fantastis. 40 ribu orang demo di Mansurah, ribuan orang unjuk rasa di Thanta, sharqia, Ismailia,dan kota-kota besar lainnya. Tiap hari orang berjubel di tengah kota untuk menuntut Mubarok turun, bahkan di alexandria hampir setengah juta orang berunjuk rasa.

Kekalahan telak polisi menimbulkan konflik baru. di Cairo hampir semua kantor polisi  beserta propertinya dibakar. Para Tahanan kabur-terlepas dari intrik politik Mubarok- dan menjarah pertokoan milik warga.
Karena situasi sudah semakin kacau, militer akhirnya turun tangan untuk mengamankan hampir semua sudut kota di Cairo dan kota-kota besar lainnya. 

Kedatangan militer ini disambut baik oleh rakyat Mesir, lagi-lagi dengan harapan militer mampu menjadi penengah konflik yang berlangsung seperti yang terjadi di Tunisia, alih-alih berharap militer bisa melakukan kudeta terhadap Mubarok. Semua kesatuan militer dikerahkan unuk mengamankan perkotaan dari aksi penjarahan dan amuk massa. Tank-tank berpatroli di setiap sudut kota dan militer mempercepat aturan jam malam mulai jam 3 sore sampai jam 8 pagi. Secara otomatis kehidupan di Mesir, khususnya Cairo mati total. Masyarakat berhamburan setiap pagi hingga siang untuk membeli perbekalan sehari-hari. menjelang sore, sudah tidak ada orang di jalanan. Yang terlihat hanyalah para pemuda yang sengaja ikut berpatroli mengamankan wilayahnya. perjalanan yang biasa ditempuh dalam setengah jam, akhir-akhir ini bisa sampai lebih dari satu jam, karena di setiap 100 meter ada pemeriksaan. Orang-orang selalu membawa kayu pentungan, hingga ketika shalat berjama'ah pun pentungan tetap dibawa dan kita bergiliran untuk shalat, sebagian shalat sebagian lagi mengamankan. Begitu sebaliknya.
 
Tiap hari masyarakat Mesir dihantui kecemasan. Akses komunikasi yang ditutup, bank dan ATM yang dinonaktifkan  membuat kondisi ekonomi menjadi sulit. Namun, masyarakat masih mempunyai toleransi tinggi. Pembelian barang dibatasi sehingga tidak ada pemborongan barang secara besar-besaran. Hingga tulisan ini dibuat, belum ada kekhawatiran akan kekurangan logistik. Semua masih terkendali.

Mesir esok?

Tidak ada yang tahu kapan krisis ini akan berakhir. Politik di Mesir saat ini bagai bola api yang siap membakar siapapun jika tidak dimainkan dengan baik. Namun semua sepakat bahwa krisis ini tidak akan berhenti dalam hitungan hari. Masa depan Mesir ditentukan hari-harinya oleh aksi demonstran. Kedua pihak masih bersikeras dengan tuntutan masing-masing, ato kalau dalam istilah sunda "nu ieu keukeuh hayang, itu keuekuh embung".
 
Tawaran yang diambil oleh Mubarok pun bukan malah meredam suasana, namun lebih menyakitkan hati rakyat Mesir. Mubarok dinilai tega menghamburkan darah rakyat -saat ini sudah lebih dari 300 orang tewas-hanya untuk mempertahankan kekuasaannya.Dalam press conference nya Mubarok tetap keukeuh mempertahankan jabatannya sampai pemilu mendatang. Beliau ingin menghabiskan masa jabatannya dan mencoba melakukan pembenahan-pembenahan agar masa peralihan kekuasaan tidak menimbulkan krisis berkepanjangan.
 
Namun rakyat sudah terlanjur sakit hati, terlebih manuver-manuver poltik Mubarok yang kekanak-anakan dengan membuat massa tandingan pro mubarok, hanya akan memperkeruh situasi politik di negeri ini.




Nasr City Cairo, 3 February 2010

No comments: