Tuesday, February 15, 2011

Kami Pun Bangga Dengan Revolusi Ini

Entah mengapa hari itu saya mendadak ingin sowan ke Pasangrahan (Rumah Jawa Barat). Padahal cuaca hari itu sangat mendukung untuk memanjakan mata, Cairo diguyur hujan. Mungkin karena saya terlalu lama tinggal di rumah, walau dingin pun saya tetap ngingkig ka Pasangrahan. Menjelang maghrib saya tiba di Pasangrahan. Disana saya ketemu sama beberapa kuncen  Pasangrahan yang selalu setia menunggu dan menjaga hadiah dari Pemda Jabar tersebut.

Satu persatu, warga KPMJB datang. Dan tak disangka semua warga yang datang itu adalah warga Tasikmalaya. Kurang lebih 10 orang warga Tasik berkumpul bertegur sapa. Walhasil, rumah yang belakangan ini sepi karena warganya ikut evakuasi, hari itu mendadak ricuh. Kita berkumpul di shalah (ruang keluarga) yang biasa dipakai untuk tempat makan. Rekan-rekan dari Bandung, Garut, Karawang pun ikut tumplek di shalah tersebut.

Gurau canda menjadi salah satu khas warga Sunda ketika bertemu satu sama lain. Tak heran kami pun saling ejek dengan warga lain daerah. Kami katakan bahwa kami ini sangat loyal terhadap KPMJB, buktinya masih banyak dari kami yang belum ikut evakuasi hanya karena ingin menjaga KPMJB. "Ah, tong sok alesan lah, kalam fadhy" Celetuk Abu warga Garut yang merasa tersindir.

Kesempatan bertemu malam itu kami manfaatkan untuk saling tukar informasi berkenaan evakuasi yang sedang berlangsung. Ada yang sudah tidak sabar ikut evakuasi, ada juga yang malah masih bimbang pulang karena alasan kuliah. Juga kami manfaatkan waktu itu untuk berdiskusi politik seputar masa depan Mesir dan WNI yang masih berada di Mesir. Stasiun Al-Jazeera menjadi referensi setiap pembicaraan kita.

Kala kami asik nobar tayangan berita al-Jazeera, kami dikagetkan dengan berita akan adanya Press Release dari Presiden Mesir Husni Mubarak terkait tuntutan para demonstran yang sudah berlangsung selama 17 hari. Suasana di shalah tiba-tiba menjadi senyap. Yang terdengar saat itu hanyalah yel-yel para demonstran yang disiarkan langsung di televisi. Jumlah demonstran yang melakukan rally di lapangan Tahrir malam itu mencapai hampir 3 juta orang. Jumlah yang makin fantastis.

Di tengah keramaian para demonstran yang kami lihat di televisi, salah seorang diantara kami kemudian memulai topik. "Cing bah, kira-kira naon yeuh eusi khotbah si Akang?" ujar Suryaman, orang Taraju. Saya jawab bahwa kemungkinan besar kang Mubarak akan lengser, karena dalam flash news diberitakan kalau CIA sudah mendapatkan informasi bahwa Mubarak hari ini akan lengser.

Suasana kembali hangat dan obrolan pun mengalir sambil masing-masing mengutarakan prediksinya tersendiri. Ada yang mengamini bahwa Mubarak akan lengser, ada juga yang pesimis. Malam itu kami berdebat seolah-olah kami adalah pengamat politik yang pede dengan pembacaan yang seadanya. Sambil sabar menunggu apa yang akan terjadi sebentar lagi di Mesir, kami mencicipi Pop Mie dan nasi ransum TNI kiriman dari pemerintah Indonesia. Lumayan. Sebagai penghangat badan kami yang terasa kedinginan saat itu.   

Di layar televisi, terasa sekali luapan emosi kecemasan para demonstran sambil tek henti-hentinya meneriakkan yel-yel anti Mubarak. Kami, supporter rumahan juga tak sabar ingin menyaksikan sejarah baru Mesir yang akan ditentukan dalam hitungan menit.

Presenter Al-Jazeera memberikan aba-aba bahwa siaran pers presiden Mubarak dari televisi lokal Mesir akan segera ditayangkan.  Obrolan-obrolan kami mendadak berhenti. Suasana menjadi senyap, tak terkecuali mobil yang lalu lalang pun mendadak sepi. Emosi kita menyatu dengan para demonstran yang berdesak-desakan di laangan Tahrir.

Dan akhirnya, berita yang ditunggu-tunggu pun datang. Kang Mubarak dengan gagahnya memberikan speech dari Istana Negara. Namun, spekulasi lengsernya Mubarak hari itu gatot alias gagal total. Si Akang masih keukeuh tidak mau lengser, dan malah memberikan mandat kekuasaan kepada wakilnya Omar Soleiman.  Suasana Tahrir pun mendadak ricuh. Para demonstran mengacungkan sepatunya tinggi-tinggi, bukti kekesalan mereka terhadap Mubarak. Kami pun demikian, ikut merasakan kekecewaan rakyat Mesir yang sudah 17 hari berjuang untuk demokrasi.

Dan penonton kecewa malam itu.

Pasca pidato Mubarak yang memlikuan hati, kami yang berkumpul di shalah makan pun bubar. Rasanya kami sepakat bahwa kami harus cepat bergegas untuk berkemas ikut evakuasi, karena dengan situasi ini sudah barang tentu Mesir akan chaos.

Besoknya, diantara teman-teman yang kumpul tadi malam sibuk dengan urusannya sendiri untuk cepat berkemas. Jum’at sore ini isunya akan ada demonstrasi massal, dan tidak menutup kemungkinan anarkisme terjadi hari itu.

Rasa cemas tetap menghantui hari itu. Ba’da Jumat hampir mayoritas warga Mesir turun ke jalan. Tidak hanya di lapangan Tahrir di pusat kota, di pinggiran kota pun orang-orang terus berkerumun di jalanan. Dan yang paling menegangkan, ribuan orang rally menuju istana Negara yang lokasinya cukup dekat dengan kota kami dibanding Tahrir. Mereka berencana akan menduduki istana Negara. Shalat jumat di jalanan menjadi pemandangan yang menakjubkan, mungkin hanya sekali dalam hidup saya, saya menyaksikan jutaan orang shalat berjamaah di setiap kota dan provinsi di dalanan. Rasanya Ka’bah pindah ke Mesir untuk saat ini.

Menjelang magrib, lagi-lagi pemerintah mengumumkan akan ada pidato penting. Suasana di jalanan berbeda dengan situasi yang terjadi tadi malam. Jalanan masih ramai dengan lalu lalang mobil dan aktifitas warga sehari-hari. Mungkin, karena kekecewaan pidato presiden tadi malam, masyarakat tidak lagi tertarik mendengarkan pidato dari istana Negara.
Namun, ternyata pidato itulah yang menjadi sejarah bagi Mesir. Tepat pukul 17.06 ada siaran resmi dari pemerintah yang diwakili oleh Omar Soleiman selaku Wakil Presiden. Pidato yang sangat sederhana tapi merupakan sejarah kebebasan bagi rakyat Mesir.

Wahai rakyat mesir, kita merasakan hari-hari yang sulit saat ini. Izinkan saya untuk mengumumkan pada anda, bahwa Presiden Husni Mubarak telah mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden Republik Mesir. Dan segala kekuasaan kami serahkan kepada Dewan Tinggi Angkatan Bersenjata untuk mengatur masa depan negeri ini. Semoga Allah meridhai kita dan hanya Allah sang pemberi pertolongan. Wassalam Alaikum Warahmatullah…

Pidato yang sangat singkat namun bermakna. Jutaan rakyat Mesir tak mampu menahan air mata dan tak henti-hentinya sujud syukur. Euforia kebebasan terjadi dimana-mana. 1102-2011 menjadi pesta rakyat. Sepanjang malam rakyat berpesta merayakan kemenangan yang sangat bersejarah. Dan kami pun ikut merayakan kebebasan tersebut.

Tahya Masr…Tahya Masr…”

Kami Warga Negara Indonesia mengucapkan selamat atas kebebasan yang anda raih. Dan kami bangga menjadi bagian dari sejarah perjuangan anda selama ini.

Kampung Sepuluh
Jumat, 11 Februari 2011
Naimulloh Akhyar

No comments: