Thursday, January 27, 2011

A Moment To Remember (part 1)

Dalam diri manusia, ada dua kekuatan yang mampu menyimpan goresan memori. Dua kekuatan itu adalah akal dan hati. Terlepas dari definisi dan fungsi kedua organ tersebut, yang jelas keduanya mampu -dan saling berkaitan- merekam hal-hal yang kita indra.
Akal mampu menyerap sumber informasi logis dan rasional, sedangkan hati mampu menyimpan memori intuitif yang diteruskan ke otak manusia.

Dua kekuatan ini juga berimbas dalam pembentukan karakter seorang manusia. Ada seseorang yang melihat dan memahami berdasarkan logika dia, ada juga yang mengandalkan intuisinya. Hal ini lumrah-lumrah saja sebenarnya, karena pada hakikatnya manusia diciptakan seperti itu. Dengan dua jalan tersebut, manusia masih bisa menemukan cita-cita, harapan, bahkan menjumpai kebahagiaan dalam hidupnya. Namun, apa kira-kira jadinya kalau dua orang yang saling bertentangan karakter akhirnya dipersatukan..!?

Dalam blog ini, saya ingin bercerita tentang pertemuan dua orang yang berbeda satu sama lain. Tokoh pertama adalah seorang dara yang unik-menurut saya-, pintar dan sangat jaim. Dia merupakan representasi dari tipikal manusia yang selalu bersandar pada hal-hal yang sifatnya logis dan rasional (katanya). Pemeran selanjutnya adalah saya sendiri, seorang kontemplator yang mengimani bahwa kebahagiaan akan didapat jika kepuasan intuitif bisa didapat pula.

Kedua orang ini masing-masing punya impian dan harapan tersendiri. Dan pada kenyataannya kita punya point of view yang berbeda. Unik memang, kalau dilihat dari sisi rasional kita saya pikir kita sama-sama setuju kalau kita akan sulit bersatu. Dalam hal-hal mendasar pun kita masih belum menemukan kata sepakat. Namun, ada sisi lain di luar motif rasional yang membuat saya ingin dan harus mendapatkan dia. "Sisi" itu saya artikan sebagai asumsi-asumsi dimana saya harus berperan untuk memberikan solusi agar apa yang dicita-citakan bisa tercapai. Beberapa asumsi yang ...

Pertama, saya yakin bahwa plus minus akan melahirkan sesuatu yang seimbang. Artinya, dua sisi yang berbeda mampu menciptakan keseimbangan dalam hidup. Saya seorang pribadi yang low profile, tidak pintar berbicara tapi saya punya kemampuan bergaul dan membaca perasaan orang. Sedangkan dia, shes my opposite. Dia ambisius, mampu memukau orang dengan cara dia berbicara, punya selera tinggi, namun dia kurang pandai dalam interaksi sosial (in long term i mean). Dalam asusmi saya (hasil penalaran intuitif bukan rasio), justru perbedaan inilah yang akan membawa kita pada kebahagiaaan, karena satu sama lain saling mengisi dalam hal kekurangannya.

Kedua, dibalik pesona dia yang kelihatan mandiri, optimistik, dan serius, saya malah melihat sebaliknya. Disaat orang aware sama dia, saya malah care *aneh. Mungkin, rasa penasaran lah yang membuat saya memberanikan untuk masuk dalam kehidupannya. Saya merasa mempunyai tantangan untuk mencoba melihat sesuatu dari pembacaan dia. Dan itu menarik :D

Ketiga, i found that in another side she looks like a lonely person. Ini merupakan salah satu point penting yang sudah dari dulu saya sudah mengira demikian. Dan ternyata asumsi itu sedikit demi sedikit terbukti. Mungkin karena karakter cara pergaulan dia yang sedikit jaim, banyak orang yang tidak tahu atau tidak ingin tahu kehidupan dia sebenarnya. Padahal, dia itu sebenarnya manja, funny, adorable, childish. I never cant stop to smile when i am with her

Ketiga asumsi ini barangkali yang membuat saya berani mencoba untuk terus melaju berbagi kehidupan bersamanya dimana akal dan hati terus berproses bersama-sama dalam satu ikatan.

Nah, kira-kiranya nih dua opposite ini bisa nyatu nggak? it depends, kalau akal mau menerima hati dan sebaliknya, im sure that will be a greatest moment. Tergantung kita mau memilih yang mana.

A moment to remember, merupakan sebuah pesan that:
I love you with my heart,

Follow your heart, but be quiet for a while first. Ask questions, then feel the answer. Learn to trust your heart. Love is not written on paper, for paper can be erased. Nor is it etched on stone, for stone can be broken. But it is inscribed on a heart and there it shall remain forever.

Ok deh, kita cerita...

Bersambung...

No comments: